Cara menjinakkan beruang
Populasi beruang di hutan-hutan Rusia sangat banyak dan melimpah. Selain itu, mereka juga lebih mudah dilatih daripada hewan liar lainnya.
Para pemburu biasanya menangkap anak beruang yang masih kecil di hutan lalu menjualnya kepada pawang-pawang beruang seharga 1 hingga 4 rubel (saat ini 1 rubel senilai sekitar Rp 180).
Satu ekor beruang besar yang sudah terlatih harganya bisa melonjak lebih dari 100 rubel — begitulah harga yang berlaku pada akhir abad ke-19. Sebagai perbandingan, profesi dosen universitas pada 1884 memperoleh penghasilan sekitar 83 rubel per bulannya.
Skomorokh di sebuah desa. Karya: François Nicholas Riss.
Namun, metode yang digunakan para pawang untuk melatih anak-anak beruang itu sangat kejam.
Untuk mengajari mereka cara berdiri dan berjalan tegak, para para pelatihnya memasangkan ‘lapti’ (sepatu terbuat dari kulit pohon) pada kaki belakang anak beruang. Kemudian, anak-anak beruang ini dikurung di dalam kandang terbuat dari tembaga yang bagian bawahnya dipanaskan.
Ketika bagian bawah kandang mulai panas dan cakar tangan mereka yang tidak dilindungi apa-apa melepuh, anak beruang terpaksa berdiri menggunakan kaki belakang mereka yang dipasangkan ‘lapti’. Para pelatih beruang menabuh rebana atau gendang saat anak-anak beruang ini berdiri kepanasan.
"Moskow Tua. Pawang beruang" oleh Apollinary Vasnetsov.
Setelah mereka dikeluarkan dari kandang, setiap mendengar suara rebana atau gendang — maka mereka akan secara naluriah mulai berjalan tegak menggunakan kaki belakangnya.
Selepas diajari cara berjalan tegak, cakar dan gigi anak-anak beruang tersebut dikikir pendek, lalu sebuah cincin logam dimasukkan melalui hidung dan bibir mereka supaya mereka patuh. Menarik cincin itu sangat menyakitkan bagi beruang, sehingga memaksa mereka untuk mematuhi perintah.
Jika ada beruang-beruang yang pada akhirnya masih tetap tidak dapat dijinakkan, maka mata mereka akan dicungkil supaya tidak bisa melihat dan menyakiti pawangnya.
Atraksi beruang di zaman dahulu terdiri dari tiga bagian: sandiwara beruang, adu umpan beruang (bear-baiting), dan pertarungan beruang.
Sandiwara beruang meliputi pertunjukan adegan di mana beruang memperagakan perilaku manusia dan para pelatih mereka mengiringi pertunjukan dengan memberi penjelasan. Sandiwara beruang ini digambarkan oleh sejarawan Rusia Dmitry Rovinsky dalam kisahnya berjudul ‘Kedatangan Pemimpin Beruang dan Beruangnya’. “‘Ayo, Mishenka,’ sang pelatih memulai, ‘tunduklah pada tuan-tuan yang baik ini dan tunjukkan pada mereka betapa pintarnya Anda dan apa yang diajarkan oleh pelatih serta kecerdasan yang ia berikan pada Anda. Dan bagaimana gadis-gadis cantik dan wanita muda yang sudah menikah menghias wajah mereka dan memakai pemerah pipi dan melihat diri mereka sendiri di cermin dan mempercantik diri mereka’. Misha si beruang duduk di tanah dan menggosok moncongnya dengan satu kaki dan, dengan kaki yang lain, dia menggerakkan cakar di depan wajahnya — yang melambangkan seorang gadis yang sedang melihat dirinya sendiri di cermin,” demikian diceritakan Rovinsky.
Beginilah cara pawang menciptakan kesan bahwa beruang-beruang itu memahami perkataan manusia.
Pemeran sandiwara beruang kuno lainnya adalah seorang anak laki-laki yang berpura-pura menjadi seekor kambing. Anak laki-laki itu menutupi tubuhnya dengan karung yang bagian atasnya ditancap tongkat menyerupai kepala dan tanduk kambing.
Di bagian mulut, terpasang lonceng kayu menyerupai lidah yang mengeluarkan suara nyaring. Dalam sandiwara itu, dia berlari mengitari beruang — mencari perhatiannya, menyeruduk beruang itu dengan ‘tanduk’, dan mengusilinya.
Beruang yang diusili kemudian meraung dan meregangkan badannya hingga mencapai ketinggian penuh — tetapi pawangnya akan menarik cincin yang terpasang di hidung beruang sehingga beruang itu akan mulai ‘menari’. Di akhir pertunjukan, beruang terlatih ini akan mendekati penonton dan berpura-pura meminta uang untuk diberikan ke topi pawangnya.
Tak semua atraksi beruang memiliki akhir yang bahagia. Terkadang, ada pawang yang memilih untuk berkelahi dengan beruang terlatih — dan dia akan sangat beruntung jika mampu mengakhiri pertunjukan tanpa mengalami patah tulang. Selain itu, ada juga orang-orang yang mau bertarung dengan bukan beruang terlatih — alias beruang liar!Dalam pertarungan antara beruang dan manusia, biasanya seorang pria yang membawa garpu rumput atau tombak akan ditempatkan di dalam arena bertarung berbentuk lingkaran bersekat — lalu seekor beruang liar akan dilepaskan ke arahnya. Jika pria itu berhasil membunuh beruang tersebut, maka ia akan diberi imbalan berupa uang dari tsar — seharga kain berkualitas untuk kaftan baru, dan ia bakal diizinkan masuk ke dalam gudang anggur tsar. Sebaliknya, jika pria itu tidak beruntung — maka ia dibunuh oleh beruang.
Lukisan dari cat air oleh N. Samokish.
Sebagai permulaan, para pemburu akan mengejar beruang seorang diri dalam perburuan yang sesungguhnya. Kedua, mereka yang ikut serta dalam pertunjukan ini melakukannya atas keinginan sendiri.
Pertunjukan itu biasanya diadakan di bawah naungan istana, sehingga orang-orang yang berpartisipasi dalam pertarungan melawan beruang biasanya berasal dari Lovchy Put — pekerja di istana yang bertanggung jawab untuk berburu dan memelihara tempat berburu tsar. Dengan kata lain, mereka yang nekat bertarung melawan beruang adalah para profesional, bukan orang biasa.
Pertunjukan semacam ini disebut ‘pertarungan beruang’ dan populer di kalangan masyarakat hingga abad ke-18. Namun akhirnya hiburan itu meredup saat orang-orang mulai memahami kekejaman di balik setiap pertunjukan beruang yang sukses — meski pada masanya, hal tersebut dianggap sebagai bentuk hiburan yang lumrah.
Atraksi beruang dikecam dalam ‘Domostroi’ — seperangkat aturan untuk semua bidang kehidupan yang disusun pada abad ke-16. Pembuat aturan itu menggambarkan atraksi beruang sebagai ‘penghinaan terhadap Tuhan’. Bahkan para pawang beruang disamakan dengan penyihir atau peramal — yang jika tertangkap, akan dicekal dari pertemuan gereja selama enam tahun.
Mikhail Prishvin/The State Literature Museum
Meski demikian, atraksi beruang terbukti sangat melekat dan populer di kalangan rakyat biasa — seluruh warga desa bakal berbondong-bondong menyaksikan pertunjukannya.
Berkat kerja keras kelompok pendukung kesejahteraan hewan dan keputusan Senat, pertunjukan beruang secara resmi dilarang pada 1867. Namun, profesi pawang beruang baru sepenuhnya menghilang pada awal 1930-an.
Suka Pesawat, tapi Takut Terbang
Meski begitu, kehidupan Mansur di lapangan terbang sangat berbeda dengan di hutan. Mansur tertarik pada teknologi. Saat masih kecil, ia mulai memanjat pesawat. Pilot-pilot bahkan membawanya naik ke dalam kokpit, tetapi ia ketakutan. Meski sangat penasaran, beruang pada umumnya adalah hewan pemalu.
“Ketika kami mulai menyalakan mesin, dia ketakutan, naik ke lutut saya, mengularkan wajahnya ke luar jendela, dan memeluk leher saya dengan cakarnya. Saya kemudian merasakan sesuatu yang hangat dan lembek dan, ya … agak bau. Rasa takut benar-benar bisa membuat Anda … ya, Anda paham maksud saya,” kata Andrei sambil tertawa. “Namun lima menit kemudian, pesawat mendarat, dia berlari-lari seolah-olah tak ada yang terjadi. Sejak itu, kami sepakat untuk tidak menakutinya lagi.” Namun, Mansur suka naik mobil. Begitu masuk, tak ada yang bisa menariknya keluar. Saat melihat truk, dia akan berlari dan mengais gagang pintu.
Mansur bahkan tidak berhibernasi pada musim dingin lalu. “Meski para ahli tak bisa menjelaskan kenapa Mansur tak mau berhibernasi, mereka mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” kata Andrei.
Sebelumnya, siapa pun boleh datang dan melihat Mansur. Namun, jumlah pengunjung makin banyak. Karena itu, kami harus membatasi jumlah pengunjung supaya tidak membuat si beruang kesal. Selain itu, beberapa orang memberinya makanan tidak sehat. “Orang-orang berbaris di luar seperti hendak ke Mausoleum (Lenin) atau Kebun Binatang Moskow,” kata Andrei. “Akhirnya, kami memutuskan untuk mengizinkan kunjungan hanya jika orang-orang bersedia melakukan subbotnik (tradisi kerja bakti pada akhir pekan). Dengan begitu, mereka melakukan sesuatu yang bermanfaat dan bisa bermain dengan Mansur.”
Pada tahun 1993, sebuah keluarga Rusia menampung seekor beruang berusia tiga bulan yang kelaparan. Bagaimana mereka bisa mengubah binatang buas ini menjadi hewan peliharaan yang sangat jinak?
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Foto ilustrasi (Foto: Reuters)
SAKHALIN – Beruang-beruang besar dikabarkan memicu ketakutan warga di sebuah desa Rusia. Pasalnya, mamalia liar itu diklaim sudah membunuh dua orang yang dipicu beruang itu kekurangan makanan.
Sebagaimana dikutip dari Russia Today, Selasa (17/10/2017) insiden di wilayah timur jauh Rusia itu menyebabkan sudah ada 83 ekor beruang yang terpaksa ditembak otoritas setempat. Penyerangan beruang agresif itu terjadi pada September dengan korbannya merupakan seorang pemburu dan nelayan di Pulau Sakhalin.
Selain menyerang manusia, para beruang besar itu diklaim menyerang anjing-anjing, hewan ternak serta hewan lainnya. Penyerangan ini diduga karena beruang-beruang itu kehilangan lokasi untuk mencari makan.
BACA JUGA: Berkat Respon Cepat, Bocah Selamatkan Keluarganya dari Serangan Beruang di Alaska
AFP mewartakan, seorang penjaga hutan yang menolak disebut namanya menyebut bahwa kekurangan ikan, buah serta kacang-kacangan telah memaksa beruang keluar dari habitatnya. Selain itu, memancing ikan salmon secara berlebihan juga menjadi faktor lain dalam penyerangan tersebut.
“Seharusnya tidak ada jaring yang dipasang pada musim panas ini karena ada sedikit ikan tapi mereka (nelayan-red) tetap memasangnya,” ujar salah satu anggota penjaga hutan tersebut.
BACA JUGA: Astaga! Nekat Beri Makan, Pria Ini Diserang Beruang di Taman Safari Beijing
Media setempat bahkan melaporkan sejumlah desa di wilayah Sakhalin kondisinya bak “terkepung” oleh beruang-beruang yang sedang menyimpan lemak sebelum hibernasi. “Hewan-hewan itu sangatlah aktif, mereka terlihat di pinggiran permukiman, menakuti warga dan membuat mereka seperti terkepung,” klaim otoritas margasatwa setempat.
Sekadar informasi, Sakhalin merupakan pulau Rusia yang berlokasi di Samudera Pasifik bagian utara. Pulau ini berlokasi di bagian lepas pantai timur Rusia dan utara Jepang. Pulau itu sempat menjadi wilayah sengketa antara Jepang dan Rusia namun Negeri Beruang Merah mengambil alih sepenuhnya di akhir era Perang Dunia II.
Atraksi beruang adalah hiburan kuno di Rusia yang digemari oleh seluruh kalangan — mulai dari petani hingga bangsawan. Pertunjukan atraksi beruang bisa diselenggarakan kapan saja, tetapi di setiap pertunjukannya dilibatkan beruang terlatih dalam jumlah besar.
Pelatih mereka — yang disebut pawang beruang atau pemimpin beruang, biasanya memilih beruang yang masih kecil untuk dilatih. Mereka membeli atau menangkap anak-anak beruang dan menjadikan mereka seperti hewan sirkus. Banyak orang Rusia yang zaman dulu yang mencari nafkah lewat melatih beruang seperti itu. Sebab, pekerjaan ini dianggap sebagai bisnis yang menguntungkan — meski sangat kejam.
PENAFIAN: Russia Beyond sangat menentang segala jenis penyiksaan hewan termasuk, tentu saja, perburuan hewan liar, seperti beruang. Kami menulis artikel ini semata-mata untuk informasi dan referensi sejarah.
“Kami bermain ski di lintasan ski cukup lama. Akhirnya, kami berhenti di sebuah pohon cemara yang roboh dan tertutup salju. Di bawahnya terdapat sebuah liang. Setelah semuanya siap, petugas kehutanan mulai menusukkan tiang panjang di bawah akar pohon cemara yang terbalik itu. Pamanku, sambil tersenyum, berkata, ‘Arahkan ke tulang belikat, jangan memeleset. Itu beruangmu, bidik, tetapi jangan terlalu bersemangat’.”
Tiba-tiba, di bawah salju, terdengar geraman, dan kemudian raungan …. Pada saat yang sama, seekor beruang besar hampir keluar dari salju. Tak sadar, aku membidik dan menarik kedua pelatuk.
Gemuruh tembakan dan raungan yang mengerikan …. Aku bersandar di sebuah pohon pinus, seolah-olah merasa mati segan hidup tak mau, dan aku tak bisa melihat menembus asap. “Bravo, bagus sekali! Tepat sasaran!” ujar pamanku. Mereka menyingkirkan salju dan menarik seekor binatang besar, beratnya 262 kilogram. Kedua peluru mengenai jantung!”
Begitulah penulis Rusia Vladimir Gilyarovsky (1853—1935) mendeskripsikan perburuan beruang bersama kerabatnya ketika dia baru berusia 15 tahun! Namun, menembak beruang yang baru bangun dari hibernasi hanyalah salah satu teknik berburu. Gilyarovsky juga menyebutkan tombak, perangkap beruang, lubang yang ditutupi semak belukar dengan turus-turus tajam di bawahnya — berburu beruang adalah tradisi Rusia kuno.
Status hukum perburuan beruang di Rusia
Pada abad ke-20 di Uni Soviet, perburuan beruang tidak diatur secara khusus oleh undang-undang apa pun kecuali undang-undang umum tentang perburuan. Keputusan Dewan Komisar Rakyat tentang Berburu (20 Juli 1920) dan undang-undang berikutnya, Peraturan tentang Perburuan dan Perburuan Ekonomi Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia (10 Oktober 1960) menyatakan bahwa seorang pemburu harus berusia minimal 18 tahun dan memiliki surat izin berburu. Surat izin atau lisensi tersebut diberikan kepada siapa pun yang “lulus ujian aturan berburu, keamanan selama berburu, menggunakan senjata api untuk berburu, dan telah membayar biaya lisensi negara,” bunyi undang-undang tahun 1960 itu.
Saat ini di Rusia tak ada yang berbeda. Untuk berburu, Anda harus memiliki lisensi dan senjata berburu (jika Anda menggunakannya) yang terdaftar. Namun, beberapa daerah menerapkan aturan tertentu untuk berburu beruang. Di Permskaya oblast, misalnya, Anda dapat berburu beruang dari 1 April hingga 30 Mei. Di Kostroma, dari 5 April hingga 15 Mei, dan kemudian dari 1 Agustus hingga 30 November. Aturan ini bergantung pada jumlah populasi beruang di wilayah itu dan musim kawin beruang coklat. Di beberapa daerah, perburuan beruang dilarang sementara karena jumlah populasinya yang rendah.
Bagaimanapun, sebuah keluarga di Rusia telah belajar hidup berdampingan bersama seekor beruang. Sementara di beberapa daerah, beruang berkeliaran di permukiman penduduk — dan itu bukan karena mereka senang menyapa penduduk setempat.
Yang sebaiknya tak disebutkan
“Pemburu menusuk beruang, sementara anjing menggigitnya”, gambar rakyat Rusia.
Orang Rusia selalu terpesona dengan beruang, dan menjinakkan beruang merupakan seni kuno di antara skomorokh (kelompok penyanyi) Rusia. Sementara itu, keberhasilan berburu beruang merupakan “kenaikan level” yang amat penting bagi tiap pemburu dan juga membawa konotasi mistis karena hewan itu dianggap sebagai “penguasa hutan”. Karena binatang itu amat menakutkan, ada takhayul yang melarang memanggilnya dengan nama aslinya, ber, dalam bahasa Rusia Kuno. Karena itu, selain medved ‘yang tahu madu’, di Rusia, beruang juga biasa dijuluki Master.
Memburu beruang Rusia tentu dapat berakibat fatal. Beruang cokelat dewasa dapat memiliki berat hingga 400 kilogram. Ia bisa berlari secepat kuda dan melakukan lompat jauh. Penglihatan beruang tidak terlalu bagus, tetapi pendengaran dan penciumannya sempurna. Ketika beruang terbangun dari hibernasi, ketakutan, atau terluka, ia menjadi sangat berbahaya. Jadi, sekalipun perburuan gagal dan para pemburu tak dapat menjatuhkan beruang yang terbangun atau terluka dengan segara, dan binatang itu lari ke hutan, para pemburu harus mengatur penyerbuan. Beruang yang marah karena diganggu dan terluka bisa sangat berbahaya jika lari ke sebuah desa.
Bagaimanapun, menyerang beruang bukanlah perkara mudah. Tengkoraknya yang berbentuk kerucut memiliki tulang yang tebal. Jadi, para pemburu Rusia tahu betul bahwa menembak kepala beruang tak dapat melukai binatang buas itu: sebagian besar peluru memeleset ke sisi tengkorak dan tidak menyebabkan luka serius. Jadi, para pemburu biasanya mengincar jantung binatang itu.
Lima cara memburu beruang ala orang Rusia
Pesta berburu beruang
Jauh sebelum para pemburu Rusia mengenal senjata api, mereka telah menemukan cara untuk menjatuhkan sang Master menggunakan senjata tajam, tombak, dan jebakan. Namun, sebelum berburu beruang, para pria harus mengikuti tradisi tertentu. Sebelum perburuan, siapa pun yang ikut harus mandi. Mereka juga pantang berhubungan seks. Semua ini dilakukan untuk meminimalisasi bau badan sehingga beruang, yang memiliki indra penciuman yang baik, tak menyadari kehadiran manusia. Para pemburu bahkan menyimpan pakaian mereka selama semalam di dalam karung berisi ranting-ranting pinus dan pohon cemara agar beraroma seperti hutan.
Rogatina (berasal dari kata rog yang berarti ‘tanduk’ dalam bahasa Rusia) adalah tombak khusus pemburu beruang. Tombak ini berukuran pendek dengan batang yang berat. Bagian terpenting adalah bilahnya yang lebar dan bermata dua seperti daun dengan panjang 20 sampai 60 sentimeter dan lebar sampai tujuh sentimeter. Bilah ini dapat meninggalkan luka lebar dan mengeluarkan darah sebanyak mungkin.
Rogatina biasanya digunakan untuk menjaga jarak sementara pemburu lain menjatuhkannya dengan tombak. Bagaimanapun, ini adalah cara paling berbahaya untuk berburu beruang yang hanya bisa dilakukan oleh pemburu paling terampil.
Nyaris Jadi ‘Sasaran’ Latihan Anjing
“Kami tentu tak berencana untuk memelihara seekor beruang. Dia tiba-tiba muncul di lapangan terbang,” kenang Andrei. “Saat itu, dia masih kecil, seukuran anak anjing. Dia masih perlu menyusu dari botol bayi. Dia seperti boneka. Selama setahun pertama, anak beruang sangat imut.”
Tak ada yang tahu apa yang harus dilakukan dengan Mansur. Mengembalikannya ke hutan pada usia itu bisa berakibat fatal. Dia bahkan tidak tahu bahwa beruang seharusnya berhibernasi (tidur panjang) selama musim dingin. “Pada musim dingin pertama, kami harus membuatnya tetap hangat. Dia tak tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya,” kata Andrei. “Dia biasanya tertidur di pangkuanku.”
Kemudian, para pekerja di lapangan terbang memutuskan untuk meminta bantuan ahli. Kementerian Sumber Daya Alam dan Ekologi Tverskaya Oblast menghubungkan mereka dengan seorang ahli yang seharusnya membawa Mansur ke Cagar Alam Seliger. Namun, alih-alih ke cagar alam, Mansur malah dibawa ke fasilitas pelatihan anjing untuk melacak beruang. Ketika Andrei dan teman-temannya mengetahui hal tersebut, mereka buru-buru datang dan menyelamatkannya — Mansur benar-benar melompat kegirangan. “Untunglah kami sampai tepat waktu,” kata Andrei. “Kami bersyukur dia tidak pernah tahu nasib apa yang akan menimpanya di sana.” Si pemilik fasilitas pelatihan mengembalikan Mansur tanpa berdalih.
Mansur segera dibawa kembali ke lapangan terbang karena tak ada tempat lain. Para pilot juga berbicara dengan keluarga Pazhetnov yang dikenal karena merawat anak-anak beruang yang tersesat. Namun, Mansur dianggap terlalu jinak dan kini sudah terlambat untuk melepaskannya ke alam liar.
“Ketika beruang menerima manusia sebagai teman, dia tidak lagi takut padanya,” jelas Andrei. “Dia seharusnya bisa dikembalikan ke alam liar setelah setahun pertama dan dia akan bertahan dengan sangat baik. Namun setelah sekian lama bersama manusia, itu tidak mungkin. Dia akan mencari manusia. Jika dia memasuki desa, dia pasti akan ditembak.”
Sepertinya, Mansur memang ditakdirkan untuk tinggal di lapangan terbang. Masalahnya, dia semakin besar dan tak ada lagi tempat untuk menampungnya di Orlovka. Untunglah, ada tempat yang cocok di Kaluga (186 km di selatan Moskow), tepatnya di Lapangan Terbang Oreshkovo yang besar, yang mirip dengan lingkungan tempat Mansur dibesarkan.
Kisah Mansur tersebar luas dan membuat orang-orang tersentuh. Demi kelangsungan hidupnya, orang-orang menyumbang lebih dari 4 juta rubel (sekitar 876 juta rupiah) melalui penggalangan dana. Uang yang sangat banyak itu dipakai untuk membuat sebuah kandang terbuka, area yang luas dan aman di dalam hutan sungguhan. Di sana, Mansur bisa mencari semut, memanjat pohon, dan bahkan berenang (musim panas sebelumnya ia harus disiram air dengan selang).
Jebakan dan umpan beruang (termasuk vodka)
Shchemitsa, perangkap beruang yang terbuat dari batang-batang kayu
Orang Rusia membuat perangkap beruang yang terbuat dari batang kayu dan tiang. Salah satunya, yang disebut schemitsa ‘pemeras’, pernah dijelaskan dalam surat kabar Olonets di Karelia pada 1885. Pada dasarnya, perangkap ini terdiri atas dua batang kayu berat yang jatuh di atas kaki beruang saat dia mencoba mengambil sepotong daging busuk yang tersisa sebagai umpan. Setelah batang kayu jatuh, beruang terperangkap dan akan mati kelaparan jika jebakan dibiarkan begitu saja. Jika tidak, ia akan dibunuh oleh para pemburu yang menunggu di dekatnya.
Tentu saja, beruang juga bisa terperangkap di lubang yang digali di tanah, dengan turus-turus kayu di dasarnya. Lubang semacam itu ditutup dengan dedaunan dan semak belukar dan digali di tempat beruang mencari makan sebelum hibernasi musim dingin.
Menjebak beruang di parit.
Bangkai sapi atau babi (atau potongan kepalanya) juga bisa digunakan sebagai umpan beruang. Umpan yang diikat pada pohon jauh di dalam hutan akan menarik beruang yang mondar-mandir mencari makan kala senja dan menggerogotinya. Ketika beruang sedang asyik memakan umpan, para pemburu akan menyerangnya dari tempat perlindungan. Anehnya, alkohol juga dapat digunakan sebagai jebakan. Jika beruang terlalu berat dan mengancam, para pemburu cukup meninggalkan seember vodka di dekat umpan sehingga beruang akan meminumnya setelah dia makan dan kemudian tertidur. Dalam kondisi itu, beruang menjadi mangsa empuk bagi para pemburu.
Berburu di ladang gandum
Model rumah pohon pemburu beruang
Nikolay Maksimovich (CC BY 3.0)
Sebelum hibernasi, saat musim gugur tiba, beruang ingin menambah berat badan. Mereka menyukai gandum, dan sering datang ke ladang untuk makan biji-bijian yang lezat. Beruang dapat diburu saat melakukan aktivitas ini, tetapi pemburu tidak boleh hadir di ladang, atau dialah yang malah menjadi mangsa si beruang.
Untuk memburu beruang di ladang gandum, seorang pemburu harus membangun semacam rumah pohon kecil. Di situlah ia bisa menunggu dan mengamati beruang yang sedang memakan biji-bijan. Rumah pohon itu harus lebih tinggi dari lima meter di atas tanah, dan si pemburu sama sekali tak boleh bersuara dan, yang terpenting, tidak berbau. Pemburu berpengalaman tidak mencukur selama berminggu-minggu sebelum berburu beruang, mereka tidak merokok, tidak minum alkohol, dan tidak menggunakan deodoran apa pun. Pakaian dan sepatu yang mereka gunakan memiliki cukup lubang untuk pertukaran udara sehingga menghilangkan segala jenis bau.
Seorang pemburu harus menunggu di rumah pohonnya sampai beruang itu cukup dekat untuk melepaskan tembakan yang akurat, membidik tepat ke jantungnya. Bagaimanapun, si pemburu harus memeriksa apakah binatang itu benar-benar sudah mati sebelum mendekati tubuhnya. Beruang adalah hewan yang pintar dan licik. Beruang yang terluka bahkan dapat pura-pura berbaring dan menunggu untuk menyerang pemburu yang ceroboh.
Hubungan antara orang Rusia dengan beruang sangat dekat sejak lama. Bahkan pernah ada 'pasukan' khusus beruang di zaman Rusia kuno yang membuat prajurit Prancis terpana. Bagaimana kisahnya? Selengkapnya bacalah di sini!
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.